Rabu, 27 Maret 2013

Person Centered Therapy

Person Centered Therapy dikemukakan pertama kali oleh Carl Rogers dengan sebutan nondirective counseling.
Rogers(sebagai terapis) meminimalkan pengarahannya dan membantu 
kliennya memperjelas persepsi mereka mengenai diri sendiri. Rogers meneliti tentang persepsi klien terhadap self-aktual dan self-idealnya. Reflection of feelings adalah teknik yang dilakukan terapis dalam  memposisikan dirinya sebagai cermin bagi klien, agar klien dapat lebih mengenal dirinya, menerima diri sendiri, dan kemudian dapat mempersepsikan keadaannya sekarang (Sundberg et al, 2002).



Konsep Dasar Person Centered Therapy
Person Centered Therapy adalah bahwa inidividu memiliki kecenderungan untuk mengakutalisasikan diri (actualizing tendencies) yang berfungsi satu sama lain dalam sebuah organisme. Para terapis lebih terfokus pada “potensi apa yang dapat dimanfaatkan”. Didalam terapi, terdapat dua kondisi inti: congruence dan unconditional positive regard. Congruence merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan menggiring pengalaman agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut. Unconditional positive regard adalah bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, di mana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan, dan lakukan. Di samping itu , terdapat juga sejumlah konsep dasar dari sisi klien, yakni self-concept, locus of evaluation, dan experiencing Self concept merujuk pada bagaimana klien memandang-memikirkan-menghargai diri sendiri. Locus of evaluation merujuk dari sudut pandang mana klien menilai diri. Orang yang bermasalah akan terlalu menilai diri mereka berdasar persepsi orang lain (eksternal). Experiencing, adalah proses di mana klien mengubah pola pandangnya, dari yang kaku dan terbatas menjadi lebih terbuka.

Ada beberapa konsep-konsep kepribadian yang dikemukakan Rogers, yaitu:
1) pengalaman, yakni alam subjektif dari individual, di mana hanya indidivu spesifik yang benar-benar memahami alam subjektif dirinya sendiri; 

2) realitas, yaitu persepsi individual terhadap lingkungan sekitarnya yang subjektif, di mana perubahan terhadap persepsi akan memengaruhi pandangan individu terhadap dirinya;

3) kecenderungan individu untuk bereaksi sebagai keseluruhan yang beraturan (organized whole), di mana individu cenderung bereaksi terhadap apa yang penting bagi mereka (skala prioritas); 

4) kecenderungan individu untuk melakukan aktualisasi, di mana individu pada dasarnya memiliki kecenderungan untuk menunjukkan potensi diri mereka, bahkan meskipun apa yang mereka lakukan (dan pikirkan) irasional; 5) kerangka acuan internal yakni bagaimana individu memandang dunia dengan cara unik mereka sendiri;

5) self atau diri, yakni bagaimana individu memandang secara keseluruhan hubungan  aku (I) dan diriku (me), dan bagaimana hubungan keduanya dengan lingkungan; 

6) simbolisasi, di mana individu menjadi sadar dengan pengalamannya, dan simbolisasi itu seringkali muncul secara konsisten dengan konsep diri; 

7) penyesuaian psikologis, di mana keberadaan congruence antara konsep diri dan persepsi individu akan menjadikan individu dapat melakukan penyesuaian psikologis (dan sebaliknya); 

8) proses penilaian organis, di mana individu membuat penilaian pribadi berdasarkan nilai yang dianutnya; dan 

9) orang yang berfungsi sepenuhnya, di mana orang-orang seperti ini adalah mereka yang mampu merasakan pengalamannya, terbuka terhadap pengalaman, dan tidak takut akan apa yang mereka sedang dan mungkin alami.


Bentuk Terapi
Person Centered Therapy menitikberatkan pada sikap-sikap terapis. Namun ada beberapa teknik dasar yang harus dimiliki terapis yaitu mendengarkan klien secara aktif, merefleksikan perasaan klien, dan kemudian menjelaskannya (Corsini & Wedding, 2011).


Pelaksanaan
Wawancara awal  digunakan untuk ....
1) menjelaskan apa yang akan dilakukan terapi & apa yang diharapkan dari klien, kontrak terapeutik (tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll); 

2) mengetahuai apa yang menjadi masalah klien, lalu untuk sampai pada diagnosis, selanjutnya menentukan apakah klien dapat diobati apa tidak(Natiello, 1994). Terapis bersama klien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung, dan dapat di aplikasi pada kehidupan sehari-hari. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, klien tidak melanjutkan lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong kliennya (merujuk ke ahli lain).

Efektivitas
menggali potensi-potensi pada diri klien (aktualisasi diri, positif). 


Kelebihan dan Kekurangan 
Kelebihan 
  • Identifikasi dan hubungan terapi sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
  • Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
  • Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
  • Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
  • Pemusatan pada klien dan bukan pada therapist
  • Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
Kekurangan 
  • Terapi berpusat pada klien dianggap terlalu sederhana
  • Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
  • Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas dan umum sehingga sulit untuk menilai individu.
  • Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
  • Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya
  • Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.     
     






sumber :http://herjuno-tisnoaji.blog.ugm.ac.id/2012/03/15/client-centered-therapy/
                http://bimbingankonseling6.blogspot.com/2012/11/client-centered-therapy-cct_7354.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar